Kamis, 08 Januari 2009

AMINOGLIKOSID

Aminoglikosid merupakan senyawa yang terdiri dari 2 atau lebih gugus gula amino yang terikat lewat ikatan glikosidik pada inti heksosa.

Aminoglikosid merupakan produk streptomises atau fungus lainnya. Seperti Streptomyces griseus untuk Streptomisin, Streptomyses fradiae untuk Neomisin, Streptomyces kanamyceticus untuk Kanamisin, Streptomyces tenebrarius untuk Tobramisin, Micromomospora purpures untuk Gentamisin dan Asilasi kanamisin A untuk Amikasin.

Aminoglikosid dari sejarahnya digunakan untuk bakteri gram negatif. Aminoglikosid pertama yang ditemukan adalah Streptomisin.

Antibiotika lain untuk bakteri gram negatif adalah golongan Sefalosporin generasi 3 yang lebih aman, akan tetapi karena harganya masih mahal banyak dipakai golongan Aminoglikosid.

Aktivitas bakteri Aminoglikosid dari Gentamisin, Tobramisin, Kanamisin, Netilmisin dan Amikasin terutama tertuju pada basil gram negatif yang aerobik (yang hidup dengan oksigen).

Masalah resistensi merupakan kesulitan utama dalam penggunaan Streptomisin secara kronik; misalnya pada terapi Tuberkulosis atau endokarditis bakterial subakut. Resistensi terhadap Streptomisin dapat cepat terjadi, sedangkan resistensi terhadap Aminoglikosid lainnya terjadi lebih berangsur-angsur.

Sediaan dari Aminoglikosid

Sediaan dari Aminoglikosid dapat dibagi dalam dua kelompok :

  1. Sediaan Aminoglikosid sistemik untuk pemberian IM atau IV yaitu Amikasin, Gentamisin, Kanamisin dan Streptomisin
  2. Sediaan Aminoglikosid topikal terdiri dari Aminosidin, Kanamisin, Neomisin, Gentamisin dan Streptomisin. Dalam kelompok topikal termasuk juga semua Aminoglikosid yang diberikan per oral untuk mendapatkan efek lokal dalam lumen saluran cerna.

Sediaan Aminoglikosid pada umumnya tersedia sebagai garam sulfat.

  1. Streptomisin

Untuk suntikan tersedia bentuk bubuk kering dalam vial yang mengandung 1 atau 5 g zat. Kadar larutan tergantung dari cara pemberian yang direncanakan; dan cara penyuntikan tergantung dari jenis dan lokasi infeksi.

Suntikan IiM merupakan cara yang paling sering diberikan. Dosis total sehari berkisar 1-2 g (15-25 mg/kg BB); 500 mg - 1 g disuntikkan setiap 12 jam. Untuk infeksi berat dosis harian dapat mencapai 2-4 g dibagi dalam 2-4 kali pemberian. Dosis untuk anak ialah 20-30 mg/kgBB sehari, dibagi untuk dua kali penyuntikkan.

  1. Gentamisin

Tersedia sebagai larutan steril dalam vial atau ampul 60mg/1,5 ml; 80 mg/2 ml; 120 mg/3 ml dan 280 mg/2 ml. Salep atau krim dalam kadar 0,1 and 0,3 % salep mata 0,3 %.

Sediaan parenteral ada di pasar tidak boleh digunakan untuk suntikan intratekal atau intraventrikular (otak) karena mengandung zat pengawet.

  1. Kanamisin

Untuk sediaan tersedia larutan dan bubuk kering. Larutan dalam vial ekuivalen dengan basa Kanamisin 500 mg/2 ml dan 1 g/3 ml untuk orang dewasa; serta 75 mg/2 ml untuk anak. Vial bubuk kering berisi 1 g dan 0,5 g. Untuk pemberian oral tersedia bentuk kapsul/tablet 250 mg dan sirup 50 mg/ml.

  1. Amikasin

Obat ini tersedia untuk suntikan IM dan IV dalam vial berisi 100; 250; 500; 1.000; da 2.000 mg. Dosis total sehari umumnya tidak lebih dari 1,5 gram sehari. Penyesuaian dosis perlu dipertimbangkan pada berbagai keadaan. Adanya gangguan faal ginjal memerlukan pengurangan dosis dan perpanjangan interval waktu antara dosis, dengan berpedoman pada kadar efektif dalam darah yang berkisar antar 5-10 ug/ml sampai 20-25 ug/ml.

  1. Tobramisin

Obat ini tersedia sebagai larutan 80 mg/2 ml untu suntikan IM. Untuk infus Tobramisin dilarutkan dalam Dekstrose 5% atau larutan NaCl isotonis dan diberikan dalam 30-60 menit. Jangan diberikan lebih dari 10 hari.

  1. Netilmisin

Obat ini boleh diberikan IM atau IV, dan tersedia sebagai larutan 50 dan 100, 150 mg/2 ml. Dosisnya ialah 4-6,5 mg/kg BB sehari yang dibagi dalam 2-3 dosis.

Untuk penggunaan intravena dosis tunggal diencerkan dalam 50 sampai 200 ml pelbagai larutan.

  1. Neomisin

Neomisin tersedia untuk penggunan topikal dan oral, penggunaan parenteral tidak lagi dibenarkan karena toksisitasnya.

Salep mata dan kulit mengandung 5 mg/g untuk digunakan 2-3 kali sehari. Untuk oral tersedia tablet 250 mg. Dosis oral neomisin dapat mencapai 4-8 g sehari, dalam dosis terbagi; misalnya yang digunakan pada pengendalian koma hepatik atau pembersihan lumen usus.

ANTIBIOTIKA

ANTIBIOTIKA

Antibiotika adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi/jamur, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotika saat ini dibuat secara semisintetik atau sintetik penuh. Namun dalam prakteknya antibiotika sintetik tidak diturunkan dari produk mikroba (misalnya kuinolon). Antibiotika yang akan digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada manusia, harus mememiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, antibiotika tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk manusia.

Antibiotika adalah obat yang sangat ampuh dan sangat bermanfaat jika digunakan secara benar. Namun, jika digunakan tidak semestinya antibiotika justru akan mendatangkan berbagai mudharat. Yang harus selalu diingat, antibiotika hanya ampuh dan efektif membunuh bakteri tetapi tidak dapat membunuh virus. Karena itu, penyakit yang dapat diobati dengan antibiotika adalah penyakit-penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri.

Penyebab timbulnya resistensi antibiotika yang terutama adalah karena penggunaan antibiotika yang tidak tepat, tidak tepat sasaran, dan tidak tepat dosis.

Tidak tepat sasaran, salah satunya adalah pemberian antibiotika pada pasien yang bukan menderita penyakit infeksi bakteri. Walaupun menderita infeksi bakteri, antibiotika yang diberikan pun harus dipilih secara seksama. Tidak semua antibiotika ampuh terhadap bakteri tertentu. Setiap antibiotika mempunyai daya bunuh terhadap bakteri yang berbeda-beda. Karena itu, antibiotika harus dipilih dengan seksama. Ketepatan dosis sangat penting diperhatikan.

Tidak tepat dosis dapat menyebabkan bakteri tidak terbunuh, bahkan justru dapat merangsangnya untuk membentuk turunan yang lebih kuat daya tahannya sehingga resisten terhadap antibiotika.

Karena itu, jika dokter memberikan obat antibiotika, patuhilah petunjuk pemakaiannya dan harus diminum sampai habis.

Pemakaian antibiotika tidak boleh sembarangan, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Itu sebabnya, antibiotika tidak boleh dijual bebas melainkan harus dengan resep dokter.

Terlalu sering mengonsumsi antibiotika juga berdampak buruk pada ''bakteri-bakteri baik'' yang menghuni saluran pencernaan kita. Bakteri-bakteri tersebut dapat terbunuh, padahal mereka bekerja membuat zat-zat yang bermanfaat bagi kesehatan kita.

Golongan antibiotika

Antibiotika dapat digolongkan sebagai berikut :

  1. Antibiotika golongan aminoglikosid, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri.
  2. Antibiotika golongan sefalosforin, bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan serta mengaktifkan enzim autolisis pada dinding sel bakteri.
  3. Antibiotika golongan klorampenikol, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri.
  4. Antibiotika golongan makrolida, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri.
  5. Antibiotika golongan penisilin, bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan.
  6. Antibiotika golongan beta laktam golongan lain, bekerja dengan menghambat sintesis peptidoglikan serta mengaktifkan enzim autolisis pada dinding sel bakteri.
  7. Antibiotika golongan kuinolon, bekerja dengan menghambat satu atau lebih enzim topoisomerase yang bersifat esensial untuk replikasi dan transkripsi DNA bakteri.
  8. Antibiotika golongan tetrasiklin, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri.
  9. Kombinasi antibakteri
  10. Antibiotika golongan lain

Obat Kadaluarsa Berbahaya...!!!!!

Memperhatikan masa kadaluarsa suatu produk obat penting untuk menghindari dikonsumsinya suatu produk yang sebenarnya sudah tidak layak dikonsumsi. Kemungkinan yang dapat terjadi pada produk obat yang sudah kadaluarsa dimana kadar obat sudah tidak berada dalam rentang yang dipersyaratkan untuk penggunaan antara lain dapat menyebabkan obat tersebut tidak bekerja optimal atau mungkin menjadi toksik. Hal ini akan sangat berbahaya seperti untuk obat-obat jenis antibakteri, anti hipertensi, anti diabet.

Tidak optimalnya kerja obat disebabkan oleh turunnya kadar / potensi obat, dapat memberikan dampak yang sangat luas, seperti dapat mengancam pada keselamatan jiwa, mengacaukan diagnosa penyakit, menimbulkan / meningkatkan kasus resistensi (untuk antibiotik).

Kadaluarsa obat adalah kondisi obat bila konsentrasinya sudah berkurang antara 25-30% dari konsentrasi awalnya.

Tanggal kadaluarsa adalah tanggal yang dipilih oleh pabrik yang memproduksi obat untuk menjamin potensi yang penuh dan keamanan dari obat sebelum tanggal kadaluarsa tersebut. Tanggal kadaluarsa bukannlah tanggal yang ditentukan oleh pemerintah maupun departemen kesehatan dan tanggal ini tidak menunjukkan berapa lama suatu obat layak untuk dikonsumsi. Obat dapat kadaluarsa sebelum tanggal kadaluarsa yang ditetapkan oleh pabrik ataupun masih dapat dikonsumsi meskipun sudah lewat beberapa tahun setelah lewat tanggal kadaluarsanya. Oleh karena itu kita perlu mengetahui tanda-tanda kadaluarsa obat untuk menghindari penggunaan obat yang kadaluarsa.

Tanda-Tanda Kadaluarsa Obat

Tanda-tanda kadaluarsa obat tergantung dari bentuk sediannya. Berikut adalah tanda-tanda kadaluarsa obat berdasarkan masing-masing bentuk sediaan obat:
a. Padat, dapat berupa sediaan tablet, kapsul, pil dan serbuk.
Umumnya mengalami perubahan berupa perubahan warna, bau, rasa dan konsistensinya. Tablet dan kapsul mudah menyerap air dari udara sehingga menjadi meleleh, lengket dan rusak. Kemasan mungkin menjadi menggelembung. Tablet berubah ukuran, ketebalannya dan terdapat bintik-bintik. Masing-masing tablet dalam kemasan ukurannya tidak sama dan tulisan pada tablet dapat memudar. Kapsul berubah ukuran dan panjangnya, mengalami keretakan dan warna kapsul memudar. Obat puyer akan menggumpal jika telah mengalami reaksi kimia.
b. Semisolid, dapat berupa sediaan salep, krim, pasta, dan jeli.
Umumnya mengalami perubahan karena dipengaruhi oleh panas. Salep dan krim berubah konsistensinya dan dapat menjadi terpisah-pisah, bau dan viskositasnya berubah, melembut, kehilangan komponen airnya, tidak homogen lagi, penyebaran ukuran dan bentuk partikel tidak merata serta pH nya berubah.
c. Cair, dapat berupa sediaan eliksir, sirup, emulsi dan suspensi oral.
Umumnya dipengaruhi oleh panas. Perubahannya dalam hal warna, konsistensi, ph, kelarutan, dan viskositas, Bentuk sediaan cair menjadi tidak homogen. Beberapa obat, seperti obat suntik dan tetes mata atau telinga, cepat rusak bila terkena sinar. Terdapat partikel-partikel kecil yang mengambang pada obat cair namun hal ini normal pada suspensi. Bau dan rasa obat berubah menjadi tajam seperti bleach, acid, gasoline, punguent.
d. Gas, contohnya oksigen.
Aerosol mengalami kebocoran, kontaminasi partikelnya, fungsi tabungnya rusak dan beratnya berkurang. Jika diukur dosisnya maka terdapat perbedaan dosis.

Tempat Tempat Yang Mempercepat Kadaluarsa Obat
Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat terdapat kebiasaan untuk menyimpan obat di tempat-tempat tertentu dari rumah yang sebenarnya dapat mempercepat kadaluarsa obat antara lain:
1. Kamar mandi
Kamar mandi merupakan tempat yang lembab dan temperaturnya tidak stabil. Keadaan ini akan merusak stabilitas obat dan mempercepat kadaluarsanya.
2. Dapur
Temperatur di dapur menjadi terlalu panas karena memasak. Kelembabannya pun meningkat karena mencuci piring dan air panas.

Penyimpanan Obat Yang Baik
Tempat terbaik untuk menyimpan obat-obatan adalah di area dengan temperatur yang konstan terhindar dari panas, sinar matahari dan kelembaban.

BEBERAPA OBAT YANG PENTING DIKETAHUI KADALUARSANYA
Beberapa obat-obatan memerlukan perhatian khusus dalam hal penyimpanannya agar obat tersebut tahan lama dan jika telah kadaluarsa maka obat tersebut akan menurun efeknya dan menimbulkan efek yang berbahaya bagi yang mengkonsumsinya. Beberapa mungkin tidak mempunyai efek sama sekali. Berikut adalah contoh obat-obat yang perlu diketahui kadaluarsanya:
1. Nitroprussid
Sodium nitroprusside adalah campuran kimiawi dengan rumus Na2[Fe(Cn)5No]•2H2O. Garam bertindak sebagai suatu sumber dari nitric oxide. Merupakan vasodilator pheripheral yang mempengaruhi arteriol dan venul. Sodium nitroprusside sering diberikan secara intravena untuk pasien hipertensi darurat. Nitroprussid merupakan obat yang fotosensitif sehingga dalam penyimpanannya di botol infus harus dibalut dengan alumunium foil. Alumunium foil biasa digunakan untuk membungkus atau melapisi makanan, minuman dan obat-obatan sehingga terlindungi dari cahaya karena dapat memecah lemak, bau, kelembaban dan bakteri. Alumunium foil memiliki satu sisi yang sangat memantulkan cahaya dan sisi lainnya menahan panas sehingga suhunya stabil.
2. Nitroglyserin
Nitroglyserin juga dikenal sebagai trinitrogliserin dan glyceryl trinitrate adalah sebuah senyawa kimia, cairan peledak yang berat, tak berwarna, beracun, berminyak dan diperoleh dari menitratkan glycerol. Senyawa ini digunakan dalam pembuatan peledak, terutama dinamit dan digunakan dalam industri konstruksi dan penghancuran. Dia juga digunakan dalam medis sebagai vasodilator untuk merawat kondisi jantung. Dalam bentuk murni dia berwarna transparan dan mennjadi berwarna kuning ketika dia berada pada pH yang asam.
3. Hidrogen Peroksida (H2O2)
Hidrogen Peroksida adalah suatu cairan biru sangat pucat yang tampak tidak berwarna, encer tapi lebih pekat dibanding air. Senyawa ini merupakan suatu asam lemah dan kuat mengoksidasi. Hidrogen peroksida telah digunakan sebagai suatu pencegah infeksi dan anti-bacterial selama bertahun-tahun. H2O2 dalam konsentrasi rendah 2,5% tersedia di pasaran untuk penggunaan medis. H202 harus disimpan dalam wadah coklat gelap yang terbuat dari suatu material yang tidak mengkatalisis reaksi kimia. Biasanya wadah yang digunakan untuk menyimpan H2O2 berupa stainless steel, plastik, kaca dan beberapa aluminium alloy compatible. Peroksida adalah oksidator kuat maka harus dihindarkan penyimpanannya dari segala sumber bahan bakar dan kontaminasi katalisis. Risiko kebakaran terjadi jika uap peroksida bereaksi dengan hidrokarbon seperti alkohol untuk membentuk bahan ledak kontak. Sebab oksigen dibentuk sepanjang pembusukan yang alami dari peroksida, menghasilkan peningkatan tekanan dalam wadah (misal dari kaca) sehingga meledak dan hancur jika suhu penyimpanannya di atas 70 C.
4. Antibiotik
Antibiotik merupakan obat yang dapat menginhibisi pertumbuhan atau bahkan membunuh bakteri, jamur dan protozoa. Mengkonsumsi antibiotik yang telah kadaluarsa dapat menimbulkan resistensi, membunuh bakteri yang justru diperlukan tubuh, dan bisa terjadi gangguan sistem biokimia dalam tubuh. Efek lainya, bisa mengganggu sistem ekskresi tubuh yaitu gangguan terhadap fungsi ginjal, mengingat bahan aktif utama senyawa antibiotik tertentu bersifat nefrotoksik atau racun bagi fungsi sistem ginjal. Tetracycline merupakan antibiotik spektrum luas yang dapat menyebabkan kerusakan pada tubulus renal atau gangguan kulit apabila dikonsumsi setelah tanggal kadaluarsa. Antibiotik harus disimpan pada suhu kamar dan jangan terkena sinar matahari. Harus diketahui syarat suatu antibiotik adalah harus efektif pada konsentrasi rendah, dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh satu atau lebih jenis mikroorganisme, tidak boleh memiliki efek samping bersifat toksik yang signifikan, efektif melawan patogen, dapat disimpan dalam jangka waktu lama tanpa kehilangan aktivitasnya, dapat dieliminasi dari tubuh secara sempurna setelah pemberian dihentikan serta bersifat sangat stabil agar dapat diisolasi dan diproses dalam dosis yang sesuai, sehingga segera dapat diserap tubuh.
5. Hormon
Insulin digunakan dalam pengobatan beberapa jenis diabetes mellitus. Pasien dengan diabetes mellitus tipe 1 bergantung pada insulin eksogen (disuntikkan ke bawah kulit/subkutan) untuk keselamatannya karena kekurangan absolut hormon tersebut. Pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 memiliki tingkat produksi insulin rendah atau kebal insulin dan kadang kala membutuhkan pengaturan insulin bila pengobatan lain tidak cukup untuk mengatur kadar glukosa darah.
6. Enzim
Ranpirnase disebut juga onconase merupakan enzim ribonuklease yaitu bekerja memecah RNA, ditemukan di Rana pipiens oocytes. Dalam klinis dikenal sebagai obat kemoterapi baru yang menjanjikan untuk kanker (mesothelioma). Obat enzim umumnya dipengaruhi suhu penyimpanan. Perubahan enzim karena pengaruh suhu disebut thermolabile.
7. Vaksin
Mumps Vaksin merupakan vaksin untuk mumps virus. Untuk menjaga kondisinya tetap baik vaksin ini biasa sisimpan di refrigerator. Mumps vaksin memiliki half life yang panjang yaitu 65 hari apabila disimpan pada suhu 23 C. Vaksin Campak yang telah dilarutkan hanya dapat digunakan pada hari itu juga (maksimum untuk 8 jam) dan itupun berlaku hanya jika vaksin selama waktu tersebut disimpan pada suhu 2°-8°C serta terlindung dari sinar matahari. Pelarut harus disimpan pada suhu sejuk sebelum digunakan.
8. Aspirin dan Asetosal
Minum aspirin atau asetosal yg sudah teroksidasi dapat menyebabkan iritasi lambung sehingga terjadi perdarahan.
9. Antalgin
Antalgin yang kadaluarsa dapat menyebabkan kelainan pada darah merah atau mengkonsumsi.
10. Parasetamol
Parasetamol yang dikonsumsi terus menerus dan sudah lewat masa kadaluarsanya dapat menyebabkan gejala kerusakan hati.
11. Symmetrel (amantadine) dan Flumadine (rimantidine)
Obat anti-viral yang digunakan untuk mencegah dan mengobati influenza, dengan suhu dan penyimpanan yang baik masih bagus setelah 25 tahun. Obat-obatan dalam bentuk cair kurang stabil dibandingkan tablet, bubuk maupun kapsul.
12. Obat kontrasepsi
Obat kontrasepsi yang telah kadaluarsa tidak dapat mencegah terjadinya kehamilan. Pil KB harus disimpan pada tempat yang kering dan jauh dari sinar matahari. Masa kadaluarsanya adalah 5 tahun. Suntik KB disimpan pada suhu 15-30 C posisi tegak lurus menghadap ke atas dan jauhkan dari sinar matahari langsung.

Cara Penyimpanan Obat Insulin

Insulin harus disimpan sesuai dengan anjuran produsen obat yang bersangkutan. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  1. Insulin harus disimpan di lemari es pada temperatur 2-8o C. Insulin vial Eli Lily yang sudah dipakai dapat disimpan selama 6 bulan atau sampai 200 suntikan bila dimasukkan dalam lemari es. Vial Novo Nordisk insulin yang sudah dibuka, dapat disimpan selama 90 hari bila dimasukkan lemari es.
  2. Insulin dapat disimpan pada suhu kamar dengan penyejuk 15-20o C bila seluruh isi vial akan digunakan dalam satu bulan. Penelitian menunjukkan bahwa insulin yang disimpan pada suhu kamar lebih dari 30° C akan lebih cepat kehilangan potensinya. Penderita dianjurkan untuk memberi tanggal pada vial ketika pertama kali memakai dan sesudah satu bulan bila masih tersisa sebaiknya tidak digunakan lagi.
  3. Penfill dan pen yang disposable berbeda masa simpannya. Penfill regular dapat disimpan pada temperatur kamar selama 30 hari sesudah tutupnya ditusuk. Penfill 30/70 dan NPH dapat disimpan pada temperatur kamar selama 7 hari sesudah tutupnya ditusuk.
  4. Untuk mengurangi terjadinya iritasi lokal pada daerah penyuntikan yang sering terjadi bila insulin dingin disuntikkan, dianjurkan untuk mengguling-gulingkan alat suntik di antara telapak tangan atau menempatkan botol insulin pada suhu kamar, sebelum disuntikkan.

Penghentian Monoterapi Artemisinin Mencegah Penyebarluasan Resistensi

Resistensi atau kekebalan parasit malaria (plasmodium) terhadap beberapa jenis obat anti malaria memang bukan merupakan hal baru. Contohnya yang terjadi pada kina atau klorokuin.
Resistensi parasit malaria ini juga terjadi terhadap obat anti malaria yang lain, yaitu artemisinin. Namun resistensi ini terjadi jika artemisinin digunakan sebagia monoterapi. Terkait dengan permasalahan tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia, WHO beberapa wkatu lalu meminta agar dilakukan penghentian penggunaan artemisinin sebagai obat tunggal.
WHO meminta pabrik farmasi agar menghentikan pemasaran dan penjualan obat tunggal artemisinin untuk mencegah resistensi dari parasit malaria terhadap obat ini, seperti yang dilansir oleh situs resmi Organisasi Kesehatan Dunia tersebut.

Artemisinin yang digunakan secara benar, yaitu dikombinasikan dengan obat anti malaria lain melalui metode pengobatan Artemisininin Combination Therapies (ACTs) memang terbukti efektif. Dengan tingkat efektivitas mencapai 95 %, ACTs merupakan obat yang paling efektif yang kini ada untuk pengobatan malaria. Namun penggunaan artemisinin sebagai monoterapi ternyata berperan besar dalam perkembangan resisitensi plasmodium terhadap obat anti malaria. Artemsin sebagai monoterapi hanya memperlemah namun tidak membunuh parasit tersebut.

Oleh karena itu tidak berlebihan jika Direktur Jenderal WHO, Dr.Lee Jong-wook meminta agar produsen artemisinin menghentikan pemasaran obat tunggal artemisinin, dan digantikan dengan pemasaran terapi kombinasi artemsisin. " Sangat penting untuk diperhatikan agar artemisinin digunakan secara benar," kata Dr.Lee Jong-wook. Kami meminta kepada perusahaan farmsai untuk segera menghentikan pemasaran obat tunggal artemisinin dan digantikan dengan pemasaran terapi kombinasi artemisinin." Kata Dr. Lee. Selain meminta menggantikan pemasaran obat tunggal artemisinin, WHO juga memberikan solusi dengan mengumumkan panduan mengenai pengobatan terbaru. Panduan tersebut diharapkan dapat memberikan pedoman yang jelas kepada negara-negara di dunia dalam hal pemilihan pengobatan terbaik untuk malaria yang berlandaskan evidence-based.

Panduan tersebut menyatakan bahwa malaria falciparum yang tidak kompleks harus diobati dengan ACTs dan tidak dengan artemisinin saja, atau dengan pengobatan monoterapi lainnya. Menuurt Direktur Departemen Malaria WHO, Dr Arata Kochi. Sejauh ini, belum pernah dilaporkan adanya kegagalan pengobatan kombinasi ini akibat artemisinin, namun masih tetap dilakukan pengawasan secara intensif terhadap metode ini. "Kami peduli terhadap penurunan sensitifitas obat di Asia Tenggara yang merupakan wilayah tempat lahirnya resistensi terhadap obat antimalaria." imbuhnya.

Fenomena resistensi plasmodium terhadap obat anti malaria memang bukan untuk yang pertama kali. Di Thailand, sulfadoksin-pirimethamin (SP) hampir 100% efektif dalam menyembuhkan malaria ketika diperkenalkan pada tahun 1977. Namun, selama 5 tahun terakhir hanya 10% kasus yang dapat disembuhkan, karena adanya resistensi. Resistensi juga terjadi terhadap atovakuon berselang satu tahuan setelah diperkenalkan pada tahun 1997. Namun, selama 5 tahun terakhir hanya 10% kasus yang dapat disembuhkan, karena adnaya resistensi. Klorokuin yang kini diketahui telah kehilangan efektivitasnya hampir di seluruh belahan dunia, justru sempat digunakan oleh 95% anak-anak Afrika dari tahun 1999 hingga 2004.

Di tengah peliknya permasalahan resistensi, WHO memperkirakan hingga 25% obat yang dikonsumsi negara-negara berkembang merupakan obat tiruan atau tergolong sub standar. Di sebagian Afrika dan Asia jumlah ini melebihi 50%, berdasarkan laporan WHO tentang peredaran obat tiruan. Oleh karean itu, untuk mengendalikan sirkulasi dan penggunaan obat antimalaria tiruan, WHO merencanakan untuk memperkuat kerjasamanya dengan pemegang kebijakan kesehatann tingkat nasional dan internasional.

Sebagai upaya antisipasi terhadap peningkatan dan penyebarluasan resistensi parasit terhadap obat anti malaria dalam jangka panjang, kalangan peneliti malaria dan industri farmasi diharapkan dapat menginvestasikan dengan cepat seluruh sumber daya yang dimiliki dalam kegiatan pengadaan obat antimalaria di masa mendatang. Penerapan terapi ACTs dengan kombinasi multiobat dan komponen pencegah penularan, resistensi dapat dicegah. Selain upaya untuk menangkal potensi resistensi dalam jangka panjang, kini semakin dibutuhkan langkah untuk mengkondisikan agar pasien dapat diobati dengan obat yang aman dan efektif.